Darah Juang: Bangkitlah Pemuda, Benahi Bangsamu!
- Details
- Published on Thursday, 23 June 2011 06:43
- Written by Administrator
- Hits: 2961
Di sini Negeri kami
Tempat padi terhampar
Samuderanya kaya raya
Negeri kami subur Tuhan
Di negeri permai ini
Berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Tuk bebaskan rakyat
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berjanji
Padamu kami berbakti
Darah Juang adalah lagu perjuangan yang lahir dari situasi bangsa yang penuh kebobrokan. Korupsi, kemiskinan, dan politik kekerasan dan rasisme yang dibangun selama rezim Orde Baru mendorong John Sonny Tobing, Ketua KM UGM dan Andi Munajat, mahasiswa fakultas filsafat UGM, mengarang sebuah lagu DARAH JUANG yang kemudian menjadi "lagu kebangsaan" yang menggema di seantero Nusantara pada masa-masa bergeraknya mahasiswa menuntut reformasi tahun 1998.
Lagu ini merefleksikan semangat kaum muda yang tidak bisa berdiam diri melihat rakyatnya hidup miskin di tengah-tengah negeri yang begitu kaya raya. Dengan lagu ini, mereka seakan meminta restu kepada Bunda mereka untuk merelakan anak-anaknya berjuang dan berkorban demi suatu pembebasan: Pembebasan Rakyat dari kemiskinan dan kezaliman.
Dalam satu kesempatan Pramudya Ananta Toer pernah berkata bahwa kaum mudalah yang paling tepat menentukan masa depan bangsa."Kalian yang beresi semua. Jangan berharap dari luar negeri atau pun dari angkatan tua," ujarnya. Sejak belasan abad lalu, sejarah Indonesia memang selalu dimotori dan dipimpin oleh angkatan muda dan mahasiswa yang memikul tugas meneruskan tradisi pembaharuan.
Apa yang disebut kemerdekaan saat ini juga semakin "membusuk". Di mana-mana orang diperas, terlalu banyak "benalu" di sepanjang jalan. Bagi Pram, inilah kesalahan aparat pemerintah yang seharusnya mengatur malahan membebani rakyatnya.
Padahal - sejak dari awal - garis perjuangan para pendiri Republik Indonesia adalah menentang imperialisme. Bung Karno kemudian mengkristalkannya menjadi Trisakti. Tiga unsur dasar bangsa ini dalam merebut dan menegakkan kemerdekaan dari penjajahan jenis apa pun.
Sakti pertama adalah berdaulat di bidang politik, sakti kedua adalah mandiri di bidang ekonomi, sakti ketiga adalah berpribadi di bidang budaya. Di sinilah darah juang setiap kaum muda harus terus bergelora merebutnya.
Reformasi 1998 telah menunjukkan peran angkatan muda dan mahasiswa yang digerakkan oleh kecintaannya pada Indonesia, lalu bangkit berdiri melawan politik kekerasan Orba. Tanpa sepucuk senjata pun mereka menghadapi alat-alat bersenjata Orba. Meski dianiaya, diculik, dan dibunuh.
Dan sekarang, Darah Juang kami gelorakan kembali untuk mendorongan agar kaum muda kembali bangkit, bergerak, dan menentukan arah perbaikan bangsa dan kehidupan rakyat.
Mengapa? Karena kemerdekaan Indonesia belum selesai. Kemerdekaan baru selesai bila kesejahteraan sosial sudah tercapai.
Bangkitlah Pemuda dan Benahi Bangsamu!